Refleksi Sistem Pendidikan Kurikulum 2013

Mungkin bagi para guru dan pakar pendidikan sedang hingar bingar dengan kurikulum 2013, banyak yang bertanya apa sih menariknya kurikulum ini, apa kelebihan dibandingkan kurikulum KTSP, KBK, atau CBSA sebelumnya. Kurikulum ini memiliki kelebihan (Katanya) sebagai berikut:
1. Siswa dituntut untuk menjadi aktif, kreatif serta inovatif
2. Pengembangan karakter siswa sudah diintegrasikan kedalam semua mata pelajaran yang ada
Kedua kelebihan yang diharapkan tersebut memang sangat bagus dan bermanfaat, namun dalam pelaksanaanya banyak hal yang tidak sesuai bahkan sangat menyimpang jauh (menurut ukuran dan analisa penulis loh).
Hal pertama yang saya lihat, mulai dari sosialisasi kurikulum, begitu banyak dan begitu sering sosialisasi kurikulum dari berbagai instansi, baik dari Dinas Pendidikan sendiri, dari pihak universitas. tapi optimalkah sosialisasi tersebut? sudah menggambarkankan ruh dari kurikulum 2013 yang di canangkan? sudah dipraktekan langsungkah oleh penyaji dalam sosialisai?atau penyaji masih memakai cara atau sistem ceramah, sistem pendidikan jaman batu? mungkin bagi yang sudah pernah mengikuti sosialisai pasti tahu jawabannya ( Cukup dijawab dalam hati yah). Ataukah hanya kejar setoran, asal tugas terpenuhi?(Mungkin para penyaji sosialisasi bisa menjawab).
Hal Kedua yang saya lihat dan cukup memilukan,adalah kesiapan dari fasilitas yang digadang gadang luar biasa dalam kurikulum ini, yaitu penyedian buku guru dan buku siswa. Jangankan di Luar Pulau jawa, di Jawa saja masih banyak sekolahan yang belum mendapatkan buku yang dijanjikan, okelah kalo dijawa mungkin guru lebih gampang untung mendapatan informasi, dan mungkin fasilitas yang lain bisa dimanfaatkan, Tapi apakah kita terpikir bagaimana keadaan diluar Jawa, di sumatra, kalimantan, sulawesi, nusa tenggara, hingga papua, Di jawa saja keadaannya seperti itu. (Cukup bayangkan yah ). Kebetulan penulis pernah merasakan dunia pendidikan di luar jawa tepatnya di provinsi NTT. Jadi tahu sedikit bagaimana keadaan dan fenomena pendidikan disana. Tapi sebenarnya masalah kedua ini tidak jadi masalah kalau guru bisa kreatif dan inovatif dengan segala keterbatasan yang ada, apalagi jika mengetahui betul ruh dan esensi kurikulum 2013 ini
Adapun Hal ketiga, dari sisi pelaksanaan, kurikulum ini menghendaki siswa menjadi aktif kreatif serta inovatif, implikasinya berbuntut pada panambahan jumlah jam(Kata Pak Mentri yang dulu). Berdasarkan analisa penulis, keaktifan, kreatifitas dan inovasi murid tidak berbanding lurus dengan dengan penambahan jam(dengan kata lain tidak terlalu berpengaruh), tetapi lebih dipengaruhi dan dan diakibatkan oleh kualitas pembelajaran yang baik, jika kualitas pembelajaran yang dilakukan guru baik(Meliputi susana belajar, media belajar, metode dan cara mengajar dan lain sebagainya), semakin baik pula tingkat partisipasi, keaktifan, kreatifitas dan inovasi dari dari guru. Jadi adanya penambahan jumlah jam menurut penulis, pilihan yang tepat, bahkan hal itu akan menambah beban siswa dan sangat memungkinkan menjadi bumerang dalam mencapai tujuan yang diinginkan sebelumnya. Kesimpulan penulis hal yang paling tepat adalah peningkatan kualitas kemampaun guru dalam pembelajaran itu yang harus diperhatikan.
Itulah sedikit analisa penulis mengenai kurikulum 2013, walaupun sebenarnya masih banyak hal lagi yang bisa dibahas. Akhirnya Penulis berharap dengan adanya Pak Mentri yang baru dapat mengkaji dengan betul, mengevaluasi dengan baik, sistem kurikulum yang dijalankan ini, dan harapan terakhir saya semoga pendidikan di indonesia bisa semakin baik, dan Selamat Hari Guru
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url